Kamis, 12 Juli 2012

Bontang dan Hujan

Semalam hingga pagi ini Kota Bontang diguyur hujan deras. Bukan hal yang aneh memang, karena bisa dibilang di Kota ini kami tidak mengenal adanya musim hujan ataupun musim kemarau, tapi dalam tiap tahunnya, yang kami kenal hanyalah musim hujan saja..

Kok bisa begitu?? hmm, saya sendiri juga kurang tahu ya mengapa bisa sering hujan, tapi kalo saya pribadi menyimpulkan, mungkin karena Bontang itu persis terlewati garis khatulistiwa, sehingga bisa disebut sebagai Daerah hujan tropis, sehingga menyebabkan curah hujan di daerah ini menjadi tinggi. Ditambah lagi, mungkin karena posisi Bontang yang berada di timur pulau Borneo, yang kalo menurut analisa saya, tiupan angin banyak yang membawa "calon hujan" ke daerah sini..(bingung saya mendeskripsikan secara ilmiahnya gimana..:p)

Tapi kenapa Bontang ga disebut sebagai Kota Hujan yak?? lha itu dia, saya juga bingung.. kenapa yang dinobatkan sebagai kota hujan di Indonesia ini cuma satu, yaitu Kota Bogor saja?? Aneh aja sih menurut saya.. apa mungkin ya karena hujan di Bogor itu terbilang spesial, karena lokasinya yang tak dipinggiran pantai misalnya, ato karena bogor bukan area pegunungan, atau bisa juga karena hanya Bogor saja yang bisa hujan tiap hari sementara kota-kabupaten disekitarnya tak bisa seperti Bogor?? *sungguh saya tidak tahu..

oh iya, masih tentang Bontang sebagai Kota Hujan..., Meskipun disini hampir tiap hari hujan, jangan berpikir kalo disini itu banyak air ya!! karena pada kenyataannya kami kekurangan air, terutama sumber air bersih. PAM air disini hanya nyala 2-3 hari sekali, bahkan kalo pas lagi susyah-susyahnya bisa mpe seminggu baru ngalir (makanya setiap rumah pasti punya tandon air mpe 2000literan, bahkan ada juga yang mpe 5rbualiteran.. itupun airnya keruh, masih banyak bawa lumpur2 gitu, dan ngalirnya ga yang lancar langsung sorrr gitu.. jadi kalo mau bersih, kita2 dirumah pada suka bikin penyaringan air, biar air yang keluar ga keruh-keruh amat.

Nah, karena itu lah, kalo kita mau masak, kita harus beli air galon isi ulang dulu. kenapa ga yang asli aja?? alamaakk, di Bontang ini harga Aqua galon yang asli mahal buanget cuy, 35 ribu per galon, padahal di jawa cuma 10 ribu :(.. maklumlah, disini ga ada sumber mata air pegunungan sih (mana ada pegunungan disini?? adanya juga rawa2 dan bukit-lembah..:p)..

Yah, meskipun begitu, saya Insyaalloh betah-betah saja tinggal di Bontang ini sampai suatu saat nanti saya dimutasi ngikut suami/saya lolos DIV ntar..:D..

Kamis, 05 Juli 2012

Sarjana

Saya lulusan Diploma III, dan tentu saja ga puas duonk dengan predikat D III aja, dengan gelar A.Md dibelakang nama saya.


Yap, Dwi Latifa Sari, A.Md.,

Dulu, saya tu mupeeeng banget nama saya punya banyak embel-embel gelar yang muacem-muacemm, Dra.Dr. Ir. H. Dwi Latifa Sari, S.E., M.M..Wkwkwkwkkwkkw.. (ngaco buanget masa kecil sayah..). tapi keliatan bagus kan yaa??:D, kayak gelarnya pak Habibie itu loh.., yah, meskipun saat itu saya ga tau, gimana cara biar bisa dapet gelar sepanjang itu (taunya cuma kuliah ditempat yang banyak saja..:p)

Diploma III, ternyata sampai umur 24 tahun ini, saya masih Diploma III, hmmmmm.. tak seperti skenario saya dulu, yang berencana di umur segini lulus S1, ntar 27 Tahun mau S2, so pas usia kepala 3, saya dah menyandang gelar Master. Harapannya sih begitu, tapi ternyata skenario Alloh itu tak sepenuhnya sama dengan rancangan sendiri..

Sebenarnya saya sudah ngebet banget pengen segera melanjutkan kuliah saya, untuk mengubah status saya dari Diploma ke Sarjana, kemudian lanjut cari beasiswa S2 di tempat yang ga terlalu muluk lah (maunya sih beasiswa dalam negeri ajah, di UGM gitu..:D). Tapi tapi tapiiiii, bagaimana saya bisa nerusin Sarjana saya coba, kalau di Kota kecil ini, saya ga bisa menemukan adanya Kampus bagus dengan akreditasi a/b bahkan C aja ga ada. Kampus ada, tapi abal-abal gitu deh, n pastinya ga bakal diakui ijazahnya ma kementerian.Hufffhhh..

Saat-saat saya masih di Jakarta kemarin, ada sih rencana mau lanjut kuliah, mengingat beberapa teman lain sudah pada gembar-gembor tentang dunia perkuliahannya yang sekarang,tapi terkendala sama "buntut" yang masih kecil yang rasanya kasian banget kalo saya tinggalin dirumah sama Pengasuhnya dari pagi sampai malem. Takutnya ntar dia jadi tambah ga kenal ma Emaknya, seperti dia yang masih suka takut sama Ayahnya kalau ayahnya pulang ke jawa. Ya sudah deh, jadinya rencana kuliah saya, ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan (semoga tahun ini D4 buka deh,dan gw lulus tesnya, biar saya ga pusing2 lagi nyari tempat kuliah).

oya, ngomong-ngomong tentang lanjut kuliah, saya jadi kepikiran sama teman-teman saya dulu yang baru lulus SMP aja sudah "males mikir" dan memilih untuk tidak lanjut sekolah dan lebih suka kerja menjadi buruh saja.. Apa bagi mereka-mereka itu mikirin pelajaran itu berat apa yah??? padahal, kalo bagi saya pribadi, berpikir, belajar itu mengasyikkan, karena selain menambah ilmu, juga bisa menambah teman, mematangkan emosi, mengencerkan otak, dan bisa membuat hidup saya lebih bahagia dan berwarna.. tapi ga semua pelejaran lah yaa, hanya pelajaran2 tertentu saja sih..:p

Semoga semangat saya untuk tetap belajar dan berkarya tak habis dalam itungan waktu deh..

Mari kuliaahhh, kawan...

Rabu, 04 Juli 2012

Kota Motor


Kali ini, kujuluki Jogjaku ini sebagai " Kota Motor" saja, karena memang yang terjadi adalah demikian. Jogja Kota Motor..

Cobalah tengok deretan panjang jalanan di Malioboro yang penuh sesak di-parkir-i si Motor roda dua itu.. sampai2, kalo diberi waktu untuk sekedar melayangkan pandang di seluruh area itu, rasanya sedikit sekali kita temukan kereta bermesin roda empat bernama mobil.

Juga lihatlah sepanjang perjalanan yang pernah terlalui di jalur kota Yogyakarta, hampir semua berisi motor bukan?? kalaupun aku disuruh menghitung atau diminta membuat perbandingan antara jumlah pengendara mobil dan motor di Kota gudeg ini, rasanya akan kujawab dengan yakin, bahwa 1:25 adalah jawaban yang hampir tepat. (yakin kok kayak setengah yakin ya??:p)

Memang, pertumbuhan kendaraan bermotor di wilayah Jogja ini, amat sangat pesat kurasa. karena dulu, ketika zaman aku masih SMA (8 tahun yang lalu), rasa2nya jalanan masih agak lengang, tak se-semrawut dan "kadang" macet seperti sekarang ini. Dulu, jalanan rasanya masih menjadi milik berempat berlima, jadi ketika kita dikejar waktu untuk segera sampai Kota pun, 70km/jam adalah hal yang biasa. Sekarang??? kalo sudah masuk area dalam kota, untuk dapat berkecepatan 40km/jam rasanya sudah bisa dibilang "ngebut bin nekat", kecuali pada malam hari diatas jam 9 lho ya..:D

Jogjaku sekarang, memang terlihat banyak beda, dan pastinya ketika jogjaku menilaiku, aku pun sudah menjadi begitu jauh berbeda. (namanya juga oerjalanan waktu..:d)

Pesatnya perkembangan jumlah Motor di area jogja sayangnya tidak diiringi dengan penyediaan lahan parkir yang mencukupi, sehingga di banyak titik, sering ditemui sepertiga jalan sudah dijadikan sebagai lahan parkir. Trotoar untuk pejalan kaki pun demikian, sudah banyak yang tidak kelihatan lagi karena sudah beralih fungsi. Dan bagiku, hal ini benar2 membuat tak sedap untuk dipandang. Aku yang sekarang bisa dibilang sebagai salah satu pengunjung (bukan lagi sebagai penghuni kota Jogja) mulai merasakan ketidaknyamanan dengan Kota ini, kota yang dahulu benar2 membuat damai hati dan selalu menawarkan kerinduan mendalam hanya ketika namanya disebut saja..

Yah, harapan aku pribadi sih, semoga pemerintah Kota Jogja memperhatikan kondisi pra-kemacetan ini, mulai membuat kebijakan baru khusus untuk kendaraan roda dua, lahan parkir, menata ulang Kota, dan kebijakan kebijakan positif lainnya, sehingga untuk kedepannya slogan Jogja sebagai Kota Berhati Nyaman, tak hanya sekedar slogan saja..

*sehabis seminggi menikmati aroma Jogja..:D

Senin, 02 Juli 2012

Dahulu

Dingin malam itu tak membuatku menyusutkan niat untuk menemuimu, kamu yang perlahan semakin berusaha menjauh dariku.. Sepanjang jalan, telah kususun banyak kalimat yang akan segera kutumpahkan padamu, begitu kamu berada dihadapanku..

Tapi, kenyataannya tidaklah demikian. begitu bertemu,aku, dan kamu, hanya diam mematung, duduk, beradu dengan pikiran masing-masing. Ingin rasanya aku memulai pembicaraan ini, tapi yang ada hanyalah bungkam. Aku hanya sanggup bicara dengan diriku sendiri.


Menit demi menit berlalu, dan kami masih saja diam. Entahlah, mungkin kami sama2 berharap ada yang memulai pembicaraan di malam yang dingin ini..

dan... setelah sekian menit, terdengarlah dia mulai bicara..

"Dek..."

aku menoleh padanya, pada wajah yang setiap saat slalu membayang dalam pikiranku..

"Ya,..."

"Taukah kamu, kalo kita ini sungguh berbeda.. Kamu, kamu yang sekarang, sudah punya segalanya, seperti yang dulu pernah kamu impikan bukan?? berbeda dengan aku, dek.. Rasa-rasanya mimpi itu bukannya semakin mendekat padaku, tapi malah semakin menjauh, yang membuatku lebih yakin kalo aku nggak bakal bisa menggapainya.."

aku masih terdiam, mencoba mencari ujung dari ucapannya barusan..

"Dek.."

"Bahkan sekarang, menggapaimu pun rasanya tak mungkin dek.."

Dan kemudian, hening lagi, lama,

hingga ku beranikan membuka suara..

"Mas..."

"Rasa ini nggak pernah berubah, mas.. masih tetap sama, bahkan semakin menguat.. Aku tak lagi mempedulikan apa-apa yang orang lain katakan tentang kita, ataupun yang sikapkan padaku belakangan ini, juga apa kata orang tua- orang tua kita. semuanya masih sama seperti dulu, mas.."

.......

"Hanya, yang berbeda adalah Mas.. semakin lama, Mas semakin berusaha menghindar dariku, mengurangi ritme komunikasi kita..."

.....

"Apa yang hendak kamu sampaikan malam ini, Mas??"

Dan kami kembali terdiam...

.......
"Dek..."

"Pilihlah orang lain yang lebih baik dibanding aku, Dek.."



Dan kamu berlalu begitu saja, tanpa memberiku ruang untuk meminta penerangan darimu...