Jumat, 12 Oktober 2012

Remunerasi, Finger Print, dan Sanksi Kedisiplinan.. Sebait Cerita tentang Kantorku..

Lama tak menulis serasa mematirasakan jari-jari tangan dan membuntukan kerja otak untuk sekedar menyusun kalimat. Dan itulah yang sering saya rasakan. Cerita tak bisa mengalir begitu saja, jadi harus banyak mikir, jadi berulang-ulang menghapus apa yang sudah dituliskan, dan alhasil, di tengah tulisan kehabisan ide kemudian menghapus total semua tulisan, atau paling tidak hanya menyimpan tulisan itu untuk entah berapa lama, sampai kita jadi punya mud lagi untuk meneruskan temanya..

Hufffhh...

oOa, sampai tulisan sepanjang ini (baru separagraf padahal ya??:D) saya sudah mengulang dan menghapus kalimat sebanyak 8 kali.. hihihihi.. parah amir yak!!
Biarin, yang penting nulis deh..:p
Mungkin ini yang dinamakan dengan konsistensi dalam menulis kali ya, menulis itu harus sering, apapun yang ada dipikiran kita saat itu ya udah, langsung aja dituang ke dalam bentuk tulisan.. biarkan tangan terus bergerak mengikuti ucapan si otak, jangan nunnguin si Otak mikir kelamaan sampai banyak kalimat baru disusun, karna seringnya suka bikin kita jadi ragu untuk menuliskannya..*gw banget..:p


Bismillahh...

mari mulai menulis sesuai temaaa...

tema saya sekarang adalah tentang kedisiplinan kerja, terutama di lingkungan kementerian keuangan yang sejak beberapa taun yang lalu telah melakukan remunerasi yang berimbas besar terhadap pola kerja para pegawainya.. yang awalnya ga ada absen/adanya absen manual, sekarang jadi harus pake Finger print, ga bisa lagi ada istilah "nitip abesn" kayak dulu.. Jam masuk kantor pun bertambah, dari jam 07.30 teng sampai jam 17.00, ga boleh kurang dari itu karena kalo sampai datang telat ataupun pulang sebelum waktunya bakal kena potongan..

Benarkah semua instansi di lingkup kementerian Keuangan dan instansi vertikal dibawahnya sudah menjalankan aturan itu??

awalnya saya pikir semuanya berjalan sebagaimana mestinya, sesuai dengan aturan yang sudah diberlakukan, tapiiii... yang namanya manusia kan selalu lebih pinter dari sistem, aturan atau apalah, yang bisa memanfaatkan celah sekecil apapun untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Sebagai contoh di kantor saya sekarang, finger print ga ada, tapi print out finger printnya ada.. ga masuk kantor dengan alasan tidak jelas, di anggapnya tetap masuk dan mendapatkan tunjangan secara penuh.. Enak banget yak???

Saya sempet syock dengan kondisi disini, yang jauh beda dengan waktu di kantor pusat dulu. dan, saya malah merasa malu dengan gaji+TC yang sudah saya terima per bulannya yang saya pikir tak seimbang dengan kontribusi saya di kantor ini, meskipun selama saya ngantor disini, saya ga pernah mbolos sekalipun, tapi tetep aja, ada rasa malu kerja disini..

Ketiadaan absen ditambah dengan kurangnya perhatian atasan terhadap bawahan ternyata memberikan dampak buruk pada keberlangsungan kantor ini. Dari pengamatan saya selama beberapa bulan disini, perlahan jiwa kekeluargaan di kantor ini mulai luntur, perlahan orang semakin sekarep nya sendiri datang-pulang-mbolos kantor, toh mau ga masuk seminggu juga ga papa, ga ada sanksi, teguran ataupun potongan peghasilan.. Masing-masing pegawai mulai berdiri pada egonya sendiri, pada pembelaan yang memang susah dipungkiri "lha wong dia aja datengnya jam sekian, mbolosnya terus-terusan, masak akunya ga boleh mbolos??"

*geleng geleng kepala..

dan parahnya, para honorer pun semakin tak tau diri juga, mengikuti si PNS yang bergaji jauh lebih besar daripadanya..


MAU DIBAWA KEMANA KANTOR INI???

Miris, dengan tidak adanya kebijakan yang tegas dari atasan-atasan, akhirnya saya, dan teman yang alhamdulillah sudah mau menjadi komplotan saya, memutar ide untuk mulai memberlakukan absen tanpa ampun buat masing-masing pegawai, ga peduli itukepala kantor, kasi, staf, semua-muanya wajib absen dan kalau sampe telat/pulang sebelum waktunya/ mbolos, potongan TC dan hukuman disiplin akan diberlakukan, dengan tanpa bisa ditawar lagi..

Banyak yang keberatan, memang.. Banyak yang tetiba datang dan kusak kusuk meminta sedikit keringanan absensi karena ingin menengok pulang keluarga di jawa dengan wajah memelas.. sayang, komplotan kami ternyata komplotan tak berhati nurani, tak memberikan dispensasi pada kebijakan yang sudah diambil. Mau pulang tengok keluarga, pakai duonk cutinya.. Kalo abis?? kita masih mentolerir ijin kok, cuma masalah TC, tetep kami potong yak..
Biar semuanya adil, biar kantor ini kembali merasakan aroma kekeluargaan lagi, biar penghasilan yang diterima menjadi lebih berkah, agar remunerasi di Kemenkeu benar-benar bisa dijalankan dengan baik di kantor ini..

Maaf kepada pihak-pihak yang kurang bekenan..